Posts

Showing posts from 2015

Break up

Aku akhirnya meminta putus. Entahlah.. aku merasa aku akan menyesali keputusanku. Tapi toh aku belum mencoba, jadi aku belum tahu. Sejujurnya tidak ada masalah di antara kita, hanya rasa "sreg" yang sudah mulai menghilang. Rasa nyaman yang sudah terkikis. Semua tentangmu serba salah sekarang. Caramu berbicara, caramu berjalan, caramu makan, caramu menulis sms dan caramu menelfon bahkan tak lagi istimewa. Tidak lagi kutunggu-tunggu seperti dulu.. aku tidak tahu apa yang terjadi. Rencana hidupku saja sudah mulai berubah, tidak lagi bermimpi menjalani masa depan denganmu. Aku bahkan menyesali hal-hal yang sudah kuserahkan padamu. Andai saja waktu bisa diputar, aku memilih tidak membuka facebook di tanggal 15 November 2012. Karena dari sana semua bermula. Semua kegilaan ini hanya berawal dari satu sapaanku. Dan dalam 2 tahun, aku berubah menjadi orang lain..

First day

Aku mengira 3 hari tanpamu aku akan kesulitan. Nyatanya hari ini, hari pertama, aku melaluinya dengan mudah. Memang aku sendiri yang memintanya, 3 hari tanpa komunikasi. Aku hanya ingin menata hati, jadi beri saja aku waktu. Aku tidak tahu bagaimana kau melalui hari ini tanpaku. Tapi sepertinya mudah, mengingat hari ini kau pasti sibuk berkerja. Rasanya hari ini ringan, tidak ada beban, karena aku tidak punya tanggungan untuk laporan ke seseorang. Kadang aku juga ingin tahu sedang apa kau disana? Sudah makankah? Apa saja yang kau lakukan seharian? Tapi toh aku bisa menepis rasa penasaranku dengan sibuk mengerjakan tugas kuliah. Jadi hari ini cukup mudah bagiku.. bagaimana denganmu? Tulislah sesuatu, biarkan aku tahu.

Cz I'll wonder why I gave up

Pikiran itu berulang kali datang, tapi selalu kutepis. Karena ketakutan akan penyesalan lebih membebaniku daripada keengganan bertahan. Enggan? Tidak juga. Entahlah.. aku sendiri bingung untuk menuliskan situasi yang kualami. Aku selalu merasa senang tiap kali bertemu. Walaupun ada saja hal-hal yang tidak sreg dihatiku. Hal-hal itu kemudian menjadi masalah saat kita berjauhan. Lambat laun, rasa nyaman yang dahulu membuatku yakin mulai berkurang. Aku yang selalu menjaga imej di depan orang lain mulai tidak melakukannya di depanmu, karena aku mungkin mulai tidak peduli akan imejku dimatamu. Aku meninggikan suara padamu. Aku terkadang bahkan merasa illfeel. Bagaimana bisa aku illfeel padahal dulu kau memakai sandal jepit ke mall pun aku tetap cinta mati. Bahkan sekarang aku lebih memilih makan sendiri daripada sepiring berdua. Aku hanya merasa tidak nyaman bila kita terlalu dekat, amat sangat terlalu dekat. Yang kuingini hanya pacaran normal, yang membuat perutku geli berkupu-kupu dan pip

Mas Aan

Malam ini kita cekcok, lagi. Hanya karena kamu tahu aku menamai kontakmu dengan "mas aan" bukan sayang atau apapun nama manis yang biasa digunakan orang pacaran, kamu lalu menudingku menyamakan posisimu sama dengan yang lain. Kamu? Sama dengan yang lain? Serius, ini cuma masalah nama sayang.. Aku kehabisan kata-kata kalau kita ribut hanya karena aku menganggap "mas aan" itu spesial. Kamu berbeda dari yang lain. Kamu yang selalu ada, yang selalu mengerti, yang selalu memahamiku. Kamu rumahku, tempat aku menitipkan mimpi masa depan. Bagaimana bisa kamu berfikir aku menyamakanmu dengan orang lain hanya karena sebuah nama? Kau tahu kenapa nama "mas aan" begitu spesial bagiku? Aku selalu mendambakan punya seorang kakak laki-laki, dan kehadiranmu melampaui keinginanku. Kamu bukan hanya menjadi kakak, teman atau pacar yang baik, kau jauh melebihi itu. Mas aan.. entah kenapa itu terdengar sangat spesial ditelingaku. Kalau saja kamu mengerti. Jika nama mas aan