Pindah (lagi)


Pindah. Lagi. Lagi-lagi pindah.

Pindah bukan hal baru buat aku, sejak kecil aku sudah seringkali pindah rumah karena bapakku PNS Guru SD. Buat kamu yang juga anak PNS, mungkin juga pernah ngerasain pengalaman ini. Sejak Bapak diangkat PNS tahun 2003, kami sekeluarga pindah. Dari Puger ke Ledokombo. Memang sih, masih dalam satu wilayah kabupaten. Tapi tetep aja, buat anak SD kelas 2 macem aku dulu, itu berat. Kehilangan temen, dan juga harus adaptasi sama lingkungan yang super baru, dan juga yang dihadapi bukan hanya kendala bahasa tapi juga kendala cuaca. Puger adalah wilayah pesisir pantai, sementara Ledokombo pegunungan. Jadilah masa kecilku diisi hari-hari penuh biduran dan bersin-bersin karena cuacanya yang menurut aku, superrrr duingin.

Bapak ibuku tidak ada niatan sama sekali untuk menetap dan membeli rumah di Ledokombo, maka hingga kini kami sekeluarga sering berpindah-pindah rumah kontrakan. Kali ini aku tinggal di Desa Sumbersalak, sudah sekitar 2 tahun.

Pindah juga bukan hanya soal pindah rumah. Aku sudah terbiasa kos sejak SMP. Maka sejak itu pula selain pindah-pindah rumah, aku juga sering pindah-pindah kos. Begitupun kali ini.


Aku pindah kos dari Patrang ke Kalisat. Alasan yang pertama adalah biar irit. Adikku yang pertama, Tata, juga kos karena sibuk persiapan masuk SMA. Jadi misal kita kos bareng, lumayanlah ngirit uang kos karena sekamar bisa berdua. Dan juga, aku melaksanakan penelitian skripsiku di RSUD Kalisat dan magang di salah satu bidan di wilayah Kalisat. Jadi daripada bolak-balik Patrang-Kalisat, sekalian aja aku kos di Kalisat. Biar irit bensin, cuy. Alasan selanjutnya, yang paling klise; aku butuh lingkungan baru. Di post-ku sebelumnya yang berjudul Negativity, aku menulis ‘rasanya baik memiliki hal baru untuk dilakukan’, well aku mikir, sepertinya bakal baik juga rasanya untuk memiliki lingkungan tempat tinggal baru. Yang bener-bener fresh, yang belum kecoret kenangan-kenangan pahit. Jadilah keputusan pindah bener-bener fix. Semoga di lingkungan yang baru aku juga bisa jadi pribadi baru yang lebih baik, entah sebagai kakak, sebagai mahasiswa, atau sebagai diriku sendiri yang lebih baik dari kemarin. Amin.

Satu hal yang bener-bener ngobrak-abrik hati ketika pindah adalah waktu packing. Ketika satu persatu barang dimasukin ke kardus, ketika foto-foto di lepas dari dinding, ketika setelah semua selesai, kamar kamu berasa begitu asing. Padahal beberapa jam sebelumnya kamu masih merasa itu tempat tinggal kamu. Oke mungkin aku terlalu baper, haha. Tapi begitulah.. apalagi kalau kos itu menyimpan banyak sekali kenangan. Pindah itu berat man.

Tapi seberat apapun packing, sebenarnya pindah itu sendiri bakal bikin kita excited, atau kebalikannya, sakittt. Terakhir aku pindah, yaitu dari asrama kampus yang super ketat ke dunia bebas (cielah), asli, itu exciting banget. Tapi aku juga inget ketika dulu pindah waktu SMA dari Pondok Pesantren Putri Darussalam ke kosku di dekat SMA, rasanya sakit, pake banget. Mungkin karena pondok itu menyimpan terlalu banyak kenangan.

Tapi yang aneh, pindah kali ini aku bingung. Ini exciting atau enggak sih? Sakit apa enggak sih ninggalin kos lama? Sebenernya aku ngerasa pindah ke lingkungan baru bener-bener ngasih efek positif, tapi aku ga se-excited itu. Aku juga ngerasa berat ninggalin kosku ini, karena selama hampir setahun disana, jelas banyak banget kenangannya. But then aku juga ga sesedih itu. Tapi yaudah lah, life must go on. Lagian sekarang udah proses pindahan. Let’s see ke depan bakal gimana.. I wish all the best.

Toh, ini ga bakal jadi pindah terakhir. Aku yakin aku bakal ngalamin pindah-pindah lainnya, yang mungkin bakal bikin super excited, or worse, super atit.

Comments

Popular posts from this blog

jealous?

Insecurity

i love you